Sabtu, 19 Februari 2011

MultiProfesional Teamwork

            Dalam ruang lingkup kesehatan, banyak pihak yang terlibat, banyak profesi yang ambil bagian dan semuanya tersebut sebenarnya dapat saling melengkapi. Nah paradigma ini yang menurut saya sampai sekarang masih kurang dalam dunia praktik kesehatan di Indonesia. Walaupun mungkin sekarang sudah gencar dikoar-koarkan mengenai multiprofesional tim namun tetap saja banyak yang bekerja sebagai seorang-perorangan atau individu.

            Misalnya saja di rumah sakit. Di rumah sakit kan banyak poli-poli atau bagian-bagian tergantung permasalahan atau keluhan pasien apa. Tidak jarang juga pasien itu harus dirujuk dari suatu bagian ke bagian lain. Nah rekam medis atau data riwayat pasien di banyak rumah sakit masih di pegang per bagian rumah sakit itu. Jadi tiap bagian memiliki data pasien masing-masing. Padahal kalau misalnya rumah sakit memiliki satu rekam medis per pasien pasti penatalaksanaan penyakit pasien bisa lebih baik. Ini dia contohnya bahwa kerjasama tim dalam dunia profesi kesehatan Indonesia belum baik.

             Belum lagi isu kasta antara dokter, perawat, ahli gizi, dsb. Dokter menganggap bahwa dirinya adalah paling tinggi dan yang berhak untuk menentukan semua, dokter masih menganggap bahwa perawat atau profesi lain adalah pembantu. Sementara perawat yang merasa direndahkan menjadi marah atau iri. Saya katakan bahwa hal ini masih ada dalam dunia praktik kedokteran Indonesia dan ini juga sebenarnya berefek kepada pasien juga karena membuat pelayanan menjadi kurang prima.

             Saya mau meluruskan bahwa dalam manajemen pasien yang ideal yang baik sebenarnya perlu penanganan dalam bentuk tim karena kita harus melihat pasien secara holistik dari segala sisi. Perlu dokter, perlu perawat, perlu ahli gizi, perlu psikolog, perlu pembimbing spiritual, dsb. Dan sebenarnya dalam suatu tim itu semuanya sama sebagai suatu profesi, tidak ada yang lebih tinggi, tidak ada lebih rendah. Mungkin memang biasanya yang menjadi pemimpin itu karena dokter dianggap memiliki pegetahuan lebih dalam penanganan pasien tapi kedudukan tiap-tiap profesi itu sama. Semuanya berhak memberi pendapat-pendapat dan alasannya.
             Saya pernah mendengar suatu analogi. Indonesia memang tidak terlalu biasa bekerja sebagai satu tim terlihat dari prestasi olahraganya yang baik pada olahraga individu misalnya bulutangkis, dsb. Sedangkan olahraga tim misalnya sepakbola, bulutangkis semuanya kurang. Tapi sebenarnya kalau mau dilatih dan dibiasakan semuanya itu bisa. Salah satu solusinya mungkin diadakan dan mulai dibiasakan berkolaborasi dalam tim sejak masa pendidikan. Sistem pendidikan kita dari TK sampai kerja mempunyai sistem bahwa masing-masing per individu dituntut untuk dapat lulus sendiri, nilai juga nilai individu. Sedangkan latihan atau pendidikan untuk bekerja sebagai satu tim kurang. Mungkin ini juga yang terbawa sampai dewasa.

             Solusi lain adalah kita dapat mengerti dan menyadari ruang lingkup profesi kita sampai sejauh mana. Mengerti tugas-tugas yang wajib kita lakukan, yang bisa kita lakukan dan yang tidak boleh kita lakukan. Kalau tiap profesi dapat mengerjakan bagiannya masing-masing dengan baik saya pikir bekerja sebagai satu tiap tidak akan kesusahan. Dari pribadi masing-masing juga jangan menjadi sombong dan arogan. Dokter yang memiliki kewenangan lebih juga jangan langsung bertindak seenak sendiri dan langsung seenaknya saja menyuruh-nyuruh. Dokter juga jangan menjadi yang merasa mengatur semuanya.  Profesi lain yang mungkin tidak memiliki kewenangan sebanyak dokter juga harus ikhlas dan jangan langsung terbawa marah atau iri. Kita semua harus menyadari bahwa pekerjaan sekecil apapun kalau dikerjakan dengan maksimal pasti akan menghasilkan hal yang baik.

              Dan satu lagi bahwa kepercayaan merupakan hal yang penting dalam suatu tim. Kalau tidak ada rasa percaya tim itu tidak akan dapat berjalan dengan baik. Misalnya saja ada pasien yang dirujuk dari suatu rumah sakit daerah ke rumah sakit pusat. Di rumah sakit daerah pasien tersebut sudah di cek hasil laboratoriumnya atau di rontgen namun di rumah sakit rujukan dilakukan hal yang sama lagi. Kasus seperti ini juga sering terjadi dan ini menunjukkan suatu ketidakpercayaan.

Kesimpulan dan intinya bahwa untuk dapat bekerja dalam satu tim dengan baik, perlu adanya:
1.       Kesadaran akan area kompetensi masing-masing
2.       Melakukan bagian masing-masing dengan maksimal
3.       Kepercayaan sebagai suatu tim
4.       Saling menghormati antar profesi serta menghormati kewajiban  masing-masing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar